Teleworking merupakan sistem kerja fleksibel yang memungkinkan karyawan bekerja dari luar kantor. Dengan sistem ini, karyawan memiliki keleluasaan memilih tempat bekerja dan menyesuaikan jam kerjanya sendiri, misalnya bekerja dari rumah.
Survei Gallup menunjukkan tren kenaikan jumlah pekerja-dari-rumah di Amerika Serikat dari 39 persen pada 2012 menjadi 43 persen pada 2016. Peningkatan ini terjadi di berbagai sektor industri, yakni keuangan, asuransi, real-estate, manufaktur, konstruksi, transportasi, retail, sains, teknik dan arsitektur, pendidikan, pelatihan dan perpustakaan, dan layanan sosial.
Sayangnya, tidak semua perusahaan merasa nyaman menerapkan kebijakan ini. Sejumlah perusahaan besar, seperti IBM, Yahoo, Best Buy, Aetna, dan Bank of Amerika, telah mengurangi teleworking dan menarik karyawan remote mereka kembali ke kantor dengan alasan memperbaiki teamwork dan kolaborasi.
Di lain pihak, menjamurnya perusahaan startup membuat teleworking menjadi opsi menarik, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di negara lain. Dengan koneksi internet yang aman melalui VPN premium, aplikasi berbasis cloud, tool dan software untuk conference dan komunikasi, bekerja dari rumah, kedai kopi, food court, atau coworking space bukan lagi kendala.
Dalam lima tahun ke depan, akan semakin banyak perusahaan startup yang menerapkan sistem kerja fleksibel, dan remote employee akan menjadi andalan mereka menjalankan bisnis. Mengapa demikian?
Pekerja Milenial Menyukai Fleksibilitas
Bangga sebagai pegawai kantoran dengan seragam dinas dan jam kerja teratur? Itu generasi dulu. Kelompok milenial yang kini mendominasi angkatan kerja ternyata memiliki pandangan berbeda. Mereka lebih menyukai sistem kerja teleworking karena fleksibilitasnya.
Survei sebuah perusahaan konsultan dan audit internasional, Deloitte, terhadap 7.700 pekerja milenial yang lahir setelah tahun 1982 di 29 negara termasuk Indonesia, lulusan universitas, dan bekerja full-time di perusahaan swasta, mengungkap bahwa 75 persen responden ingin memulai, atau ingin lebih sering, bekerja dari rumah atau tempat lain di mana mereka merasa lebih produktif. Sementara, 43 persen sudah menjalani sistem teleworking.
Pekerja di perusahaan startup adalah generasi milenial yang menganut nilai work-life balance. Mereka ingin menyelesaikan tugas pekerjaan secara efisien tanpa mengalami burn out dan juga memiliki waktu untuk keluarga dan hobi. Jadi, tanpa memahami karakter ini, startup akan sulit mempertahankan loyalitas karyawan milenial.
Ketersediaan SDM yang Melimpah
Sistem kerja remote memungkinkan perusahaan memiliki opsi yang luas dalam memilih karyawan, sebab tidak terkendala oleh batas geografis. Startup dapat merekrut digital talent terbaik dari berbagai kota, bahkan dari negara lain, tanpa membutuhkan kesanggupan mereka untuk bekerja kantoran.
Ini penting bagi pengusaha startup yang ingin memulai bisnis di daerah yang minim SDM. Dengen sistem kerja remote, mereka tetap bisa mewujudkan impiannya membangun perusahaan berbasis digital.
Baca Juga: Cara Baru Absensi Tanpa Form Absensi Karyawan XLS
Menekan Pengeluaran Perusahaan
Teleworking dapat menghemat biaya operasional perusahaan. Salah satu yang bisa dipangkas adalah pengeluaran untuk tunjangan karyawan, sebab perusahaan tidak perlu memberikan tunjangan kehadiran, seperti uang transport dan uang makan.
Karena karyawan memilih sendiri tempat yang paling nyaman untuk bekerja, perusahaan tidak perlu menyediakan ruang kerja, komputer, dan jaringan internet. Tanpa kehadiran karyawan di kantor, tagihan listrik, air, dan telepon juga dapat ditekan. Tahun 2009, IBM pernah menjual sejumlah aset gedungnya senilai 2 miliar dolar AS, karena 40 persen dari 386.000 karyawannya bekerja secara remote.
Dengan menerapkan teleworking, startup dapat memulai aktivitas bisnisnya tanpa perlu memiliki kantor permanen di masa-masa awal. Mereka bisa memulainya dari coworking space yang lebih efisien.
Kinerja dan Produktivitas Lebih Baik
Studi terkini oleh Florida International University mengungkap teleworking berkontribusi terhadap perbaikan kinerja, terutama terkait dengan pekerjaan yang kompleks. Para peneliti menemukan sesuatu yang mengejutkan bahwa pekerja remote dengan dukungan sosial dari manajer dan coworker yang minim justru memiliki kinerja yang jauh lebih baik.
Survei Gallup juga menemukan sistem kerja remote dapat memberi pengaruh positif terhadap employee engagement dan kinerja karyawan. Hasilnya bisa bervariasi untuk setiap pekerjaan, tetapi paling tampak jelas jika karyawan remote tetap memiliki koneksi dengan kantor.
Teleworking memiliki keuntungan seperti berikut:
- Meminimalkan angka bolos kerja, sebab karyawan dapat bekerja dari mana saja dan kapan saja tanpa terikat tempat dan waktu.
- Meningkatkan kepuasan karyawan karena mereka dapat memilih tempat, suasana, dan pakaian paling nyaman sesuai dengan gaya kerja personal.
- Mengurangi stres dan mempertahankan kesehatan karyawan dengan menghindari tekanan atasan, situasi kantor yang dapat menyebabkan bad mood, dan kelelahan pulang-pergi kerja.
- Meningkatkan waktu produktif, sebab karyawan memulai bekerja semudah membuka laptop dan menyeduh kopi, tanpa menghamburkan berjam-jam terjebak kemacetan jalan raya.
Sayangnya, tidak semua karyawan cocok bekerja secara remote. Hanya tipe pekerja self-motivated, kreatif, inovatif, antusias dengan hal baru, ingin bekerja lebih produktif, dan berorientasi pada kualitas output pekerjaan saja yang dapat bekerja di luar kantor tanpa supervisi atasan.
Pada dasarnya, karyawan remote tidak benar-benar bekerja tanpa monitoring dari kantor. HR di perusahaan tetap dapat memantau kehadiran dan jadwal kerja karyawan secara online lewat aplikasi absensi Hadirr.
Mobile attendance ini sangat berguna untuk teleworking, di mana karyawan dapat melaporkan kehadirannya melalui aplikasi di smartphone dari banyak lokasi terpisah di berbagai kota maupun negara. Sehingga, meski secara fisik mereka tidak masuk kantor, kamu dapat memastikan bahwa mereka tetap bekerja.
Baca Juga: Aplikasi Ini Mengurangi Tingak Bolos Kerja Karyawan
Aplikasi kehadiran berbasis cloud ini dapat juga dapat membantu perusahaan mengukur kinerja karyawan remote yang memiliki mobilitas tinggi. Karyawan dapat mencatatkan agenda pekerjaan hariannya secara real-time dan kamu dapat memantau manajemen waktu mereka dari aplikasi. Jika ada yang tidak beres, kamu bisa langsung mengetahuinya.
Hadirr juga memungkinkan klaim penggatian biaya karyawan lebih mudah melalui fitur reimbursement. Pekerja remote dapat mengunggah bukti pengeluaran di aplikasi, lalu bagian finance dan HR perusahaan bisa menyetujui pembayarannya.
Jadi, jika ingin menerapkan teleworking demi efisiensi dan produktivitas, maka Hadirr wajib masuk dalam daftar aplikasi dan tool penting di perusahaanmu.