“Quiet Firing”dari Sisi Karyawan dan Perusahaan

Quiet Firing

Dalam dinamika tempat kerja, muncul istilah baru yang menarik perhatian bersamaan dengan istilah “quiet quitting”, yaitu “quiet firing.” Istilah ini sering digunakan untuk menamai cara ‘halus’ untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawan. 

Sebenarnya, taktik ini bukanlah hal baru, dan seringkali berakar dari politik kantor yang sudah lama ada. Dalam artikel ini kita akan membahas konsep quiet firing dari dua perspektif: perusahaan dan karyawan.

Apa itu Quiet Firing?

Pengertian Quiet Firing

Quiet firing adalah cara-cara untuk mendorong karyawan keluar dari perusahaan, tanpa alasan yang jelas, melalui taktik-taktik halus. Seringkali, quiet firing dianggap sebagai tindakan yang licik dan tidak adil yang dilakukan oleh manajer atau perusahaan.

Perusahaan secara diam-diam memperlakukan karyawan dengan kurang baik dalam waktu yang lama, agar karyawan tersebut merasa tidak nyaman dan dapat keluar perusahaan atas kemauannya.  

Baca Juga: Karyawan Resign? HR Sering Lupa 3 Hal Ini

Perspektif Perusahaan mengenai Quiet Firing

Quiet firing perusahaan

Dari perspektif perusahaan, quiet firing sering dianggap sebagai strategi yang halus untuk memecat karyawan yang dianggap tidak berkontribusi terhadap perusahaan. 

Salah satu cara yang sering dilakukan adalah mengisolasi karyawan dengan tidak mengundangnya ke meeting, menolak permintaan cuti tanpa alasan yang jelas, dan menghalangi perkembangan karir karyawan tersebut. 

Taktik lainnya adalah memberikan beban kerja dan ekspektasi yang berlebihan pada karyawan, yang mengarah pada kelelahan dan kekecewaan. 

Dari sudut pandang manajer, quiet firing bisa jadi cara yang sah ketika upaya untuk memotivasi karyawan untuk memperbaiki kinerja mereka terasa sia-sia belaka. 

Di suatu perusahaan, karyawan bertanggung jawab atas kinerja mereka sendiri dan harus menunjukkan nilai melalui pekerjaan mereka. 

Quiet firing dapat menjadi respons yang dirasa dibutuhkan ketika seorang karyawan secara konsisten tidak memenuhi kriteria atau menolak untuk memperbaiki kinerjanya.

Tujuan Perusahaan mengenai Quiet Firing

Quiet firing memang bisa merusak citra perusahaan terutama di hadapan karyawan yang menjadi target. Hal yang bisa disebarluaskan dan menjadi omongan banyak orang.

Lantas kenapa hal ini dilakukan perusahaan? Memberhentikan karyawan secara langsung merupakan isu yang kompleks dan memerlukan berbagai alasan yang valid. 

Dengan quiet firing, perusahaan dapat secara perlahan mendorong karyawan untuk mengundurkan diri dengan cara mereka sendiri, tanpa secara terang-terangan memberhentikan mereka.

Selain itu, quite firing juga biasanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi tenaga kerja, menghilangkan kewajiban membayar uang pesangon dan mengurusi dokumen ketenagakerjaan serta untuk menghindari konflik yang mungkin timbul akibat pemutusan hubungan kerja

Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan PMTK dalam PHK?

Tanda Perusahaan Melakukan Quiet Firing

Secara rinci, terdapat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan tengah melakukan quiet firing, diantaranya:

  1. Menambah atau mengubah job desc secara terus menerus. Perusahaan secara sengaja menambahkan atau mengubah job desc karyawan yang berbeda dari awal kontrak. Perusahaan bahkan tidak meminta persetujuan karyawan dan langsung memberikan tugas baru yang semakin lama semakin membebani karyawan.
  2. Adanya diskriminasi dan pengabaian di tempat kerja. Tanda ini mungkin menjadi tanda yang paling mudah dilakukan perusahaan. Karyawan tidak mendapatkan hak yang sama dengan rekan yang lain dan justru mendapatkan pengabaian dalam bekerja.
  3. Tidak ada feedback ataupun apresiasi atas pekerjaan. Berlanjut dari bagaimana karyawan diabaikan di perusahaan, perusahaan pun tidak memberikan masukan, feedback atau apresiasi yang sesuai dengan kinerja karyawan.
  4. Tidak adanya kepastian promosi jabatan atau kenaikan gaji. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja tentu mengharapkan adanya promosi atau kenaikan gaji, namun dalam tahap taktik quiet firing, perusahaan cenderung mengabaikan dan tidak memberi kepastian akan hal tersebut.
  5. Mempersulit karyawan dalam pekerjaan sehari-hari. Tidak hanya mengabaikan karyawan, perusahaan juga mempersulit keseharian karyawan yang ingin dikeluarkan. 

Pengalaman Karyawan seputar Quiet Firing

Quiet Firing Karyawan

Di sisi karyawan, quiet firing dapat muncul dalam bentuk lingkungan kerja yang tidak ramah untuk bertumbuh dan bekerja secara produktif. Ada karyawan yang bercerita bahwa ia merasa dipecat secara diam-diam melalui beban kerja yang berlebihan dan perlakuan yang tidak adil dibandingkan dengan rekannya. 

Pendekatan ini menghasilkan perasaan kelelahan, kecemasan, dan rasa diabaikan. Ia melihatnya sebagai cara untuk memanipulasi karyawan agar keluar sambil melindungi citra perusahaan. Meskipun cara ini bersifat non-konfrontasional, namun dapat menyebabkan perasaan rendah diri di sisi karyawan. 

Baca juga: 7 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Dampak Quiet Firing terhadap Karyawan

Quite firing memang memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan dan memberikan dampak yang negatif bagi karyawan. Salah satu taktik ini dapat mempengaruhi emosional, psikologis hingga pengembangan karir karyawan kedepannya. Diantaranya:

  1. Menimbulkan inferioritas, karyawan yang dengan sengaja diabaikan dan tidak diberi kesempatan yang sama dengan yang lain pasti merasa berkecil hati dan melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak kompeten dan tidak berguna. 
  2. Menurunnya motivasi dan kinerja karyawan. Karyawan yang sudah ditargetkan pasti merasa tidak nyaman mendapat perlakuan yang diberikan. Ini tentu mempengaruhi motivasi kerja sehingga berdampak pada menurunnya tingkat kinerja karyawan.
  3. Hilangnya kepercayaan dan loyalitas karyawan. Setiap karyawan tentu ingin diperlakukan dengan sebaik-baiknya karena telah mengupayakan yang terbaik untuk perusahaan. Jika perusahaan justru membalasnya dengan melakukan quiet firing maka akan membuat hilangnya kepercayaan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
  4. Karyawan tidak dapat memperbaiki kinerjanya. Ketika perusahaan cenderung menutup diri dan mengabaikan karyawan maka karyawan tidak dapat mengetahui letak kesalahannya dan tidak bisa memperbaiki kinerjanya. 
  5. Menimbulkan stres yang berkepanjangan. Quiet firing biasanya berlangsung dalam waktu yang lama, yang berarti perlakuan dan taktik yang diberlakukan pun juga berlangsung lama. Hal ini tentu dapat mempengaruhi tingkat stres dan burnout yang dialami karyawan secara berkepanjangan.

Cara Menyeimbangkan Dua Sisi Quiet Firing

cta Perhitungan Pesangon dan UPMK

Quiet firing adalah topik yang kompleks dengan implikasi yang bervariasi dari sudut pandang pengusaha dan karyawan. Meskipun manajer mungkin melihatnya sebagai alat yang diperlukan untuk mengatasi kinerja yang buruk, karyawan sering menganggapnya sebagai bentuk tekanan yang tidak perlu. 

Menemukan keseimbangan antara kebutuhan organisasi dan kesejahteraan karyawan tetap penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak untuk menyeimbangkan masalah quiet firing, yaitu:

  1. Bangun komunikasi yang aktif dan terarah. Mendiamkan satu pihak tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya dihadapi. Perusahaan dan karyawan perlu bersama-sama membangun komunikasi yang aktif dan terarah. Komunikasi yang berfokus pada penyelesaian masalah dan kepentingan perusahaan.
  2. Melakukan evaluasi dan penilaian terbuka. Baik dari sisi perusahaan dan karyawan yang dituju perlu untuk mengadakan evaluasi dan penilaian terbuka. Melalui evaluasi dan penilaian ini dapat dilihat hal-hal apa yang menghalangi kelancaran pekerjaan masing-masing. Evaluasi ini perlu dilakukan secara berkala agar menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi.
  3. Buktikan track record pekerjaan. Jika perusahaan dan karyawan sama-sama mengklaim adanya kinerja yang tidak sesuai, maka masing-masing pihak dapat membuktikannya dengan dokumentasi track record pekerjaan yang telah dilakukan.
  4. Mendiskusikan win-win solution. Jika perusahaan dan karyawan sama-sama merasa dirugikan atas masalah yang ada, maka kedua pihak perlu mendiskusikan hal-hal penting yang ingin diperjuangkan agar diperolehnya win-win solution yang menguntungkan kedua belah pihak.
  5. Transparan dan saling memberi dukungan. Setelah menerima masukan dan solusi dari masing-masing, kedua belah pihak perlu saling transparan terhadap masalah dan saling memberikan dukungan sama lain atas apapun keputusan yang dibuat.
  6. Pisahkan masalah personal. Quiet firing tentunya berhubungan dengan kepentingan perusahaan, maka jika hal ini disebabkan karena konflik atau masalah personal perlu dipisahkan dan diselesaikan secara baik-baik agar tidak mengganggu efektivitas perusahaan.

Ingin perusahaan Anda tetap efisien dengan organisasi yang sehat? Gunakan Gadjian untuk meningkatkan efisiensi kerja tim HR dan Payuung untuk meningkatkan retensi dan engagement karyawan Anda.

Gadjian merupakan software HRIS berbasis web yang menyediakan fitur lengkap guna membantu para HRD dan manajemen perusahaan dalam mengelola karyawan. Aplikasi ini mencakup pengelolaan dan perhitungan gaji, pajak, potongan, lembur, bonus hingga BPJS karyawan. Gadjian juga dilengkapi dengan modul pengelolaan inventaris kantor dan proses rekrutmen.

Payroll Software Indonesia Untuk Mengelola Keuangan & Karyawan Perusahaan, termasuk perhitungan PPh 21, perhitungan BPJS, dan perhitungan lembur | Gadjian

Untuk melengkapi pengelolaan karyawan, Gadjian terintegrasi dengan platform Payuung yang merupakan platform employee benefit yang menyediakan berbagai fitur menarik yang dapat digunakan secara pribadi, untuk karyawan maupun perusahaan. Payuung menyediakan sistem benefit yang beragam mulai dari mall rewards, asuransi hingga pinjaman.

daftar persentasi payuung

Baca Juga Artikel Lainnya